Jam Gadang Bukittinggi Memiliki Mesin Jam Langka yang juga digunakan di Big Ben London

Tersembunyi di balik keindahan arsitektur Minangkabau, Jam Gadang Bukittinggi tidak hanya memikat mata para pengunjung dengan keunikan desainnya, tetapi juga menyimpan rahasia menarik, mesin jam yang memiliki kesamaan dengan mesin jam Big Ben di London. Fakta ini menambah lapisan sejarah dan teknologi pada salah satu ikon wisata terkenal Indonesia.

Dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Belanda, Rook Maker, Jam Gadang Bukittinggi dibuat sebagai tanda penghargaan Ratu Belanda kepada pejabat pemerintah kolonial di kota tersebut. Menara jam ini, yang berdiri dengan anggun di pusat kota, menggabungkan elemen arsitektur Eropa dan adat Minangkabau, menciptakan simbol kebudayaan yang khas.

Yang membuat Jam Gadang luar biasa adalah mesin jamnya. Mesin ini serupa dengan yang digunakan di Big Ben, menara jam terkenal di London. Kedua mesin jam ini adalah contoh langka dari teknologi jam mekanis kuno yang masih bertahan hingga sekarang, mewakili kecanggihan teknologi masa lalu.

Meski bukan replika eksak, mesin jam Jam Gadang dan Big Ben berbagi kesamaan dalam hal desain dan mekanisme. Keduanya adalah saksi bisu perkembangan teknologi dan peristiwa bersejarah, dengan Jam Gadang menjadi pusat perhatian di Bukittinggi dan Big Ben di London.

Mengingat kerumitan dan keunikan mesinnya, pemeliharaan Jam Gadang memerlukan keahlian khusus. Proses restorasi telah dilakukan beberapa kali untuk menjaga agar jam tetap berfungsi dengan baik, sering melibatkan ahli jam yang spesialisasi dalam mesin jam antik.

Kesimpulan

Mesin jam langka di Jam Gadang Bukittinggi, yang berbagi kesamaan dengan mesin jam Big Ben di London, menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya kaya akan warisan budaya tetapi juga memiliki keterkaitan yang mendalam dengan sejarah dan teknologi dunia. Jam Gadang, lebih dari sekadar struktur arsitektur, adalah ikon yang menceritakan kisah lintas zaman dan peradaban.